Melongok Surau Tempat Mengaji Prof Hamka Berusia Ratusan Tahun

0
BERSEJARAH: Salah satu wisatawan mengunjungi Surau Nagari di Batusangkar, Sumatera Barat.

SUMBAR-KADENEWS.COM: Bangunan surau di pinggir jalan nampak indah menawan, meski umurnya sudah 200 tahun lebih.

Lekukan atap limasan khas bangunan Minangkabau Sumatra Barat, menghias bersatu dengan angkasa, di puncak surau kuno menjulang tinggi menara beratap rumbia nampak indah di pandang mata.

ARSITEKTUR KHAS: Surau Nagari yang sangat kokoh terbuat dari kayu yang direndam selama tiga tahun.

Menurut Armin penjaga situs cagar budaya surau Nagari mengatakan, bangunan kuno itu berdiri tahun 1884 masehi di atas tanah seluas sekitar 20 meter persegi atau sekitar 200 meter.

Pendirian surau dipimpin kepala suku Jambek yakni Tengku Datuk Bandaro Panjang. Sejak didirikan, musala di gunakan untuk kajian ilmu ilmu Islam dan sholat berjama’ah secara rutin.

Salah satu tokoh nasional yang pernah ngaji di surau Nagari tersebut adalah Prof Dr. Hamka.

SEDERHANA: Tangga menuju Surau Nagari. (Foto-foto: DR zaenal arifin/kadenews.com)

“Tokoh besar yang pernah mengaji di surau Nagari di Lubuk Bauk,  Kec. Batipuh Baruh, Jalan Batusangkar, Padang ini  adalah Hamka, yang pernah jadi ketua Majelis Ulama Indonesia”, ujar Armi, yang di percaya menjaga situs cagar budaya surau nagari.

Menuju situs cagar budaya ini tidak sulit, kalau dari lapangan terbang internasional Minangkabau bisa ditempuh perjalanan darat selama 2 jam.

Surau berada di kanan jalan setelah keluar dari Kabupaten Padang Panjang sekitar 10 kilometer mengarah ke Kota Tanah Datar atau Kota Solok.

Firdaus, wisata asal Tulungagung Jawa Timur mengaku sangat takjub dan terheran, surau yang terbuat dari kayu dan sudah berumur 200 tahun masih kuat dan tidak lapuk karena panas, tak lekang karena hujan.

“Sungguh luar biasa bangunan dari kayu penuh artistik ini tetap berdiri kokoh selama 2 abad lebih. Bahkan menara untuk mengumangkan adzan dan anak tangga masih mulus bisa di gunakan”, ujar Firdaus terheran-heran.

Wisatawan lain dari Kediri Jatim, Handayani juga menyatakan sangat kagum dengan masih terpeliharanya surau sama persis dengan bentuk aslinya.

“Saya tertarik datang ke surau ini setelah membaca novel berjudul robohnya surau kami, karya AA Navis, yang bercerita tentang surau Nagari”, ujar Handayani penggemar novel novel yang ceritanya berlatar belakang Minangkabau.

Kini surau itu tak lagi digunakan untuk salat lima waktu, namun hanya digunakan untuk tempat pengajian Alquran untuk anak-anak di sekitar surau.

Itu pun terbatas hanya di pakai pukul 16.00 WIB hingga mahrib. “Surau hanya di buka ketika ada pengajain anak anak”, ujar Armin.

Namun untuk wisatawan, sewaktu-waktu akan dibukakan. Termasuk jika ada turis asing, penjaga akan segera memandu, dan turis cukup memasukan uang infak seihlasnya, serta menuliskan nama di buku tamu.

Menurut Armi, pernah ada turis dari Amerika yang menanyakan kekuatan surau . Apa rahasianya surau yang terbuat dari kayu bisa bertahan dua ratus tahun lebih?

“Kayu jenis Juwa diambil dari lereng gunung Merapi, lalu kayu itu di rendam selama tiga tahun. Itulah rahasianya bangunan surau bisa bertahan sampai sekarang”, ujar Armi.

Namun sayang atap bagian utara kini sudah mulai bocor jika tak segera di per baiki, surau itu terancam roboh. Terakhir Surau itu di perbaiki tahun 1994, dinding dan atapnya di ganti dengan dana dari dinas purbakala. “Saya akan lapor ke Dinas Purbakala, ada atap yang bocor”, ujar Armi. (nal/ian)