Festival Imlek, Upaya Perekat Umat Beragama

0
MERIAH : Peserta Kirap Ritual Tolak Balak Pada Festival Imlek. (Foto: Urip Limartono Aris/kadenews.com)

BANYUWANGI–kadenews.com: Masuknya perayaan Imlek menjadi salah satu agenda even pada Banyuwangi Festival 2018 ini, disambut baik dan bangga oleh Ketua Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Hoo Tong Bio Banyuwangi, Susana Indriati.

Pelaksanaan tahun ini, Jumat (17/3), merupakan kali pertama menjadi salah satu agenda Banyuwangi Festival.

“Terus terang kami bangga sekali karena bisa dimasukkan dalam salah satu agenda Banyuwangi Festival. Yang jelas, semua ini berkat jasa dari Gus Dur. Selain itu kami juga berterima kasih pada pemerintah sekarang yang mau menggandeng kami dalam agenda Banyuwangi Festival,” ujarnya bangga.

Sebenarnya, menurut Susana, kegiatan saat ini bukanlah perayaan Imlek. Melainkan perayaan bertahtanya yang mulia Kongco TanHu Cin Jin yang ke 234 tahun.

“Sebenarnya tepatnya pada tanggal 15 kemarin, tetapi saya punya pikiran untuk melaksanakan tanggal 17, karena bertepatan dengan hari besar dan besoknya Minggu. Sehingga saya perkirakan akan bisa dihadiri banyak orang. Setelah saya tanyakan ke beliau, ternyata beliaunya bersedia,” akunya.

Dari pelaksanaan kirab tersebut, Susana sangat berharap agar bisa menyatu dengan seluruh lapisan masyarakat Banyuwangi. Tidak lagi ada sekat akibat perbedaan agama dan sebagainya.

“Kami sangat berharap bisa menjalin kerukunan antar umat beragama. Dan ternyata hal ini bisa terbukti dalam pelaksanaan kegiatan ini. Apalagi Pak Bupati juga mau tahu dan mengapresiasi,” tuturnya.

Kegiatan Kirab Ritual Tolak Bala yang mengikuti pelaksanaan Festival Imlek kali ini, diikuti oleh TITD wilayah Banyuwangi dan luar Banyuwangi. Di antaranya dari Lombok, Jakarta, Probolinggo dan sebagainya.

“Sebenarnya yang dari Bali rencananya mau hadir, tapi karena berhalangan, bertepatan dengan Nyepi, akhirnya nggak bisa hadir,” katanya.

Festival Imlek tahun ini merupakan kali pertamanya masuk dalam agenda Banyuwangi Festival. Dan selanjutnya, Festival Imlek akan terus digelar secara rutin setiap tahun. Namun Susana menambahkan, yang tetap dilaksanakan secara rutin setiap tahun hanya Festival Imlek nya saja. Sementara pelaksanaan Kirab Ritual Tolak Bala, tidak bisa dipastikan bisa dilaksanakan secara rutin setiap tahun.

“Saya sendiri melaksanakan kirab tidak secara rutin setiap tahun. Sebab saya nggak berani ngomong kalau biran bisa dilaksanakan setiap tahun. Saya harus bertanya dulu. Kalau beliaunya mau, ya bisa dilaksanakan, kalau nggak mau ya nggak bisa dilaksanakan,” tandasnya.

Sementara Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menyatakan, pelaksanaan Festival Imlek bukanlah semata-mata festival biasa. Namun ada hal yang bisa dipetik dalam pelaksanaan festival Imlek tersebut, sehingga Imlek ditetapkan masuk dalam salah satu agenda Banyuwangi Festival.

“Dalam festival Imlek ini bisa dianggap sebagai festival gagasan, toleransi dan sebagainya,” ujarnya.

Dengan masuknya Festival Imlek dalam agenda Banyuwangi Festival, maka resmi pada tahun 2018 ini Banyuwangi Festival memiliki 77 agenda selama satu tahun. Selain Festival Imlek, masih ada event-event baru, di antaranya Fstival Balaganjur dan Ogoh-ogoh.

“Festival ini merupakan perwakilan dari warga umat Hindu yang ada di Banyuwangi,” katanya.

Banyaknya festival dan sangat baiknya pelaksanaan festival tersebut, menurut Bupati Anas, membuat Banyuwangi dua tahun berturut-turut ditetapkan sebagai penyelenggara festival terbanyak dan terbaik se Indonesia.

“Kalau pada saat Pak Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo, predikat terbaik penyelenggaran festival dipegang Solo. Namun ketika Pak Jokowi sudah menjadi Presiden, predikat itu berpindak dipegang Banyuwangi,” tuturnya bangga. (rip/har/01)