Tahun Baru 2018, Milik Islam atau Kristen

0
MERIAH: Suasana perayaan menyambut tahun baru 2018 di Paris.

Reportase: Bajuri Albakkah

SURABAYA, Kadenews.com: Banyak orang Islam takut merayakan tahun baru 2018. Bukan hanya karena ada yang mengharamkan, tapi juga ada yang meyakini bahwa tahun baru masehi adalah kalender milik orang Kristen. Benarkah?

Kalender Masehi dan Hijriyah adalah sama-sama milik Allah, Tuhan orang Islam dan Kristen. Oleh karena itu, Islam tidak melarang umatnya untuk memperingatinya. Namun peringatan tahun baru harus dilakukan dengan cara yang baik, yaitu dengan niat mensyukuri nikmat, berdoa dan bermuhasabah (evaluasi diri).

Ahli Falak UIN Sunan Ampel Surabaya, Dr H Abd Salam Nawawi Mag, ketika dihubungi kadenews, Senin (1/1) mengatakan bahwa kalender Masehi itu disusun berdasarkan gerakan matahari (syamsiyah). Kalender matahari sdh disusun oleh bangsa Mesir sejak 4000 tahun lebih sebelum Masehi (SM). Pada 45 tahun SM Julius Cesar (raja Romawi) membakukan kalender syamsiyah yang dikenal dengan kalender Julian.

“Kalender Julian inilah yg di belakang hari diadopsi orang2 Kristen sebagai kalender mereka dg membakukan perhitungan tahunnya mulai dari tahun kelahiran Isa Almasih,” ujar Dosen Pasca Sarjana UIN-SA Surabaya ini.

Pada tahun 1582, Paus Gregorius ke-13 melakukan koreksi terhadap sistem perhitungan kalender Julian, yakni dengan melakukan pemotongan tanggal untuk disesuaikan dengan pergerakan matahari. Kalender Gregorian dipedomani oleh kaum kristen pada umumnya. Sedangkan Kalender Julian dipakai oleh kaum Kristen Ortodoks

Kalau melihat angka tahun 2018, kata Salam, memang itu kreasi umat Kristen. Tapi kalau dilihat dari sisi acuan penghitungannya, yakni peredaran Matahari, maka kalender syamsyah sejatinya adalah kreasi atau ciptaan Allah.

Dr H Abd Salam Nawawi Mag

“Begitu juga kalender Qomariyah, pada dasarnya adalah mawaqit linnas, bukan spesifik milik orang Islam. Kalender Qamariyah telah dipakai Makkah sejak jaman Nabi Ibrahim. Yang merupakan kreasi umat Islam adalah Kalender Hijriyah dengan perhitungan tahun yang dimulai dari tahun terjadinya hijrah ke Yatsrib,” tegas dosen yang juga aktif sebagai tim hisab rukyat PWNU Jatim ini.

Menurut Salam, kalender Qamariyah itu netral, bisa dipakai siapapun. Kalender Cina dan kalender Saka Bali, juga pakai sistem qamariyah untuk menentukan umur bulan, dan pakai syamsiyah untuk menentukan umur tahun.

MILIK ISLAM
Sementara itu, pendapat lain mengatakan bahwa kalender masehi (baca: syamsiyah) adalah milik Islam. “Menurut saya, kalender Masehi dengan perhitungan peredaran matahari itu adalah asli milik Islam,” kata Drs HM Syarif MH, dosen Fakultas Ushuludin UIN-SA Surabaya.

Menurut Syarif, kalender masehi (syamsiyah) dan hijriyah (qomariyah) itu tertulis jelas di Alquran. Sementara kalender masehi tidak terdapat satupun ayat di Kitab Injil. “Ini merupakan bukti factual, bahwa kalender masehi itu milik Islam”, katanya.

Drs HM Syarif MH

Ayat yang menulis tentang kalender syamsiyah dan qomariyah itu ada di dalam surat Al-Israk ayat 12: “Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami). Kemudian Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang agar kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu. Dan agar kamu tahu bilangan tahun dan penghitungan (waktu). Dan segala sesuatu telah kami terangkan dengan jelas”.

“Penghitungan waktu matahari dalam setahun berbeda 11 hari dengan penghitungan bulan. Sehingga setiap 30 tahun, tahun syamsiyah (masehi) menjadi 31 tahun,” ujar dosen yang punya hobby main tenis ini.

Selain itu, kata Syarif, dalam surat Alkahfi justru lebih jelas lagi. Allah berfirman dalam ayat 25: Dan mereka tinggal dalam gua itu selama 300 tahun dan ditambah 9 tahun lagi. “Coba cermati, kenapa Allah perlu menyebut kata “ditambah”. Bukankah seharusnya cukup menyebut 309 tahun?. Ya itu semua menunjukkan perbedaan antara kalender syamsiyah dan qomariyah.

JANGAN APRIORI
Oleh karena itu, Syarif berpesan, agar umat Islam tidak perlu apriori dengan peringatan tahun baru masehi. Karena kalender masehi atau peredaran matahari ini juga kita paket untuk menentukan waktu sholat. “Lihatlah saat sholat duhur, ashar, dan maghrib. Begitu pula, saat buka puasa. Ternyata kita mengitu peredaran matahari,” tegasnya.

Kedua benda langit itu (bulan dan matahari), menurut Syarif, adalah ciptaan Allah. Kedua kalender syamsiyah dan qomariyah itu juga ciptaan Allah. Oleh karena itu, bersyukur dan berdoa memasuki kedua tahun baru itu hakekatnya adalah mensyukuri nikmat Allah.

“Siapa yang menganggap sesat penyambutan datangnya tahun baru syamsiyah (masehi), sejatinya dia tidak sadar telah menduakan Allah. Karena menganggap tahun syamsiyah (matahari) itu bukan ciptaan Allah,” ujar Syarif. (*)