Managemen Tanam Tepat, Petani Cabai Untung Besar

0
MEMETIK: Bupati Anas ikut melaksanakan panen cabai. (Foto:  Urip Limartono Aris/kadenews.com).

BANYUWANGI–kadenews.com: Tepat dan baiknya managemen waktu tanam yang dijalankan oleh petani cabai di wilayah selatan Banyuwangi, menyebabkan mereka berhasil meraup keuntungan yang cukup besar. Apalagi saat ini harga cabai mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Per kilogram bisa mencapai harga berkisar Rp 60 ribu.

Salah seorang petani cabai yang juga sebagai Ketua Kelompok Tani Ketilang Makmur, Desa Sumbergondo, Kecammatan Glenmore, Imam Badrus menyatakan, beaya produksi tanaman cabainya wajar seperti petani-petani lain. Mulai dari kebutuhan pupuk hingga beaya perawatan, per pohon cabai menghabiskan anggaran sekitar Rp 5 ribu, sementara setelah panen per pohon bisa menghasilkan 5 sampai 6 ons atau sekitar setengah kilogram cabai.

“Satu hektare lahan di desa ini ditanami sekitar 18 ribu pohon cabai. Beda dengan desa sentra cabai lainnya di Banyuwangi, seperti Wongsorejo, yang mungkin lebih banyak karena jarak antar pohon lebih rapat,” kata Badrus, Minggu (18/3) di sela-sela kegiatan panen cabai.

Dari sebanyak 18 ribu pohon per hektar, tambah Badrus, petani harus menyiapkan beaya produksi sekitar Rp 90 juta. Dengan harga jual cabai dari petani dipatok Rp 50 ribu per kilogram saja, per hektar bisa menghasilkan sekitar Rp 450 juta.

“Satu pohon kan menghasilkan setengah kilogram, sehingga harga jualnya Rp 25 ribu. Dalam satu hektar ada 18 ribu pohon, sehingga kalau dikalikan menghasilkan Rp 450 juta. Dengan demikian keuntungan pemilik lahan cabai berlipat-lipat. Apabila dipotong biaya produksi, keuntungannya bisa mencapai Rp 360 juta per hektare. Kalau soal keuntungan, ya banyak banget. Alhamdulilah,” katanya sambil tersenyum.

Keberhasilan para petani cabai wilayah Banyuwangi selatan itu, menurut Badrus, berkat koordinasinya dengan Dinas Pertanian Banyuwangi. Bersama Dinas Pertanian, kelompoknya berupaya mencari celah saat tanam cabai. Panen bulan ini merupakan hasil tanam pada September hingga Oktober tahun lalu.

“Kami atur waktu perkiraan panennya agar dapat harga terbaik. Misalnya yang panen sekarang ini, adalah hasil kami tanam Agustus-Oktober 2017. Alhamdulillah sesuai perkiraan harga sekarang sangat baik. Intinya, petani jangan latah, tapi harus tahu di mana celah waktunya,” tambah Badrus.

Sementara Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas meminta agar manajemen penanaman tersebut dijaga. Siklus harga cabai sudah diketahui, sehingga saat menanam bisa diperkirakan masa panen saat harga mahal. “Saya rasa manajemen di kelompok tani sudah bagus,” kata Bupati Anas.

Hingga saat ini, tambah Bupati Anas, masa panen cabai di Banyuwangi sudah sepanjang tahun. Karena banyak daerah di Banyuwangi merupakan penghasil cabai, terutama Wongsorejo yang merupakan daerah sentra cabai Banyuwangi sekaligus nasional.

“Hanya saja karakteristik tiap daerah berbeda. Di Wongsorejo bisa panen sepanjang tahun, berbeda dengan di sini. Jadi kita harus benar-benar atur,” kata orang nomor satu di Banyuwangi itu.

Produksi cabai di Banyuwangi, menurut Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi, Drs H Arief Setyawan, merupakan salah satu komuditas penyeimbang inflasi. Bahkan untuk hal itu, pemkab telah menandatangani kerja sama dengan kelompok tani, salah satunya di kawasan selatan Banyuwangi untuk turut mengendalikan inflasi. Bentuk kerja samanya, pemerintah daerah memberikan bantuan pertanian, lalu petani diminta menjual sebagian hasil panennya pada pemerintah untuk keperluan cadangan operasi pasar dengan harga yang telah disepakati bersama. Kesepakatan harga tersebut ditandatangai kedua belah pihak sebelum masa tanam dimulai.

“Tentunya harga yang kami tawarkan tidak akan merugikan petani, bahkan sudah menguntungkan petani. Jadi petani tetap untung, harga pasar juga tetap bisa dikendalikan,” terang Arief. (rip/har/01)