Oleh : A Munief Azis *
Pengantar : Saya coba memberikan contoh soal Support & Resistance di luar pakem forex, yakni faktor politis. Disini, betapa memahami S & R, sangat diperlukan bagi seorang trader.
***
~ SETAHUN menjelang pemilu 1997, saya berasumsi, bahwa pak Harto tak akan mencalonkan lagi. Boleh jadi, seorang putera mahkota sudah disiapkan. Dia adalah Eng.Ir BJ Habibie, ahli aeronautical Engineering, yang telah menjadi kebanggaan rakyat Jerman Barat. Sosok energik yang kemudian, _diboyong_ pak Harto untuk pulang ke Indonesia.
~ Kita (saya) sisihkan kelemahan Soeharto. Sebagai anak desa, sangat perduli pada rakyat kecil, terutama pada petani. Membangun berbagai waduk, berikut saluran irigasi, adalah proyek yang monumental sekaligus penuh kontroversi. Dengan kepemimpinan yang kuat, tegas dan kharismatik, semua diterabas tanpa ampun. Program sampingan untuk menyejahterakan kaum petani, tak lupt dari perhatiaannya. Melalui berbagai Inpres , tak sedikit banyak petani bersuka cita.
~ “Sekelompok kecil, harus bersedia berkorban, untuk rakyat yang lebih banyak”, begitu kira-kira saya mencoba memahami sebagian karakter tegas kepemimpinan Pak Harto, khususnya dalam memacu pembangunan ekonomi bangsa ini.
~ Namun, pak Harto, nampaknya kesal juga, ketika melihat pertentangan yang terjadi di lingkaran kekuasaan (istana). Baik yang berada dalam kelompok militer maupun sipil. Kasak-kusuk tentang pergantian pimpinan nasional, muncul dibawah permukaan.
~ Pak Harto mengancam akan menggebuk mereka yang dinilai “nakal”. Ada semacam ketegangan, menunggu sikap presiden yang sangat berkuasa itu. Barangkali, untuk meredam masalah atau isu putera mahkota, beliau mencalonkan lagi pada pemilu 1997. Itu adalah pemilu ke 7, sepanjang sejarah Indonesia.
~ Istilah gebuk, seakan memilki kekuatan magis. Itu ditujukan pada semua pihak, agar tak macem-macem. Dibawah permukaan, dari kalangan militer aktif maupun yang purnawirawan, terjadi semacam persaingan untuk menuju RI-1. Salah-satunya Pangkostrad Mayjen Prabowo Subianto. Tentu saja ada nama lain, namun tidak cukup nyali untuk menampilkan diri.
.***
~ PERJALANAN politik diatas, menjadi latar belakang investasi forex, secara tradisional. Cukup penting untuk diketahui. Saya menggunakan pakem Support & Resistance sebagai perhitungan untuk meraih keuntungan. Hampir tak ada bedanya dengan cara forex sekarang, kecuali menyangkut time frame-nya.
~ Tabungan rupiah saya, sejak tahun 1996, dialihkan ke USD secara bertahap. Baru sekitar bulan februari 1998, tabungan dialihkan semua ke USD. Bulan april di tahun yang sama, satu mobil, saya “dolar-kan” juga. Total, berjumlah USD 68.000. Istilah orang bank, semua tersimpan dibawah ” bantal”.
~ Karena itu bisnis, pasti saya rajin mengkalkulasi, kemungkinan profit. yang akan saya dapat. Rugi ? pasti tidak, karena itu perhitungan saya abaikan. Secara rata-rata, modal hasil konversi rupiah ke USD, saat itu = 2.800 x 68.000 = Rp.190.400.000. Jumlah ini boleh disebut sebagai awal modal (balance) saya.
~ Setelah Pak Harto menyerahkan jabatan ke “putera mahkota”, yakni, BJ Habibie (wapres) pada tanggal 21 Mei 1998, USD melejit meninggalkan batas resistance. Sayapun tetap bertahan dengan USD saya. Puncak ketegangan, ketika harga 1 USD menyentuh kisaran 9.000 rupiahan. Tegang dan sedikit stress..!
~ Ketika harga mencapai kisaran 9.200 rupiah, dolar saya jual semua. Kenapa ? Saya menghindari ketegangan berkelanjutan. Dan sifat rakus memang tak baik. Suatu saat bisa menjebaknya. Dengan keputusan itu saya sudah mendapat keuntungan hampir 3 kali lipat.
~ Pada saat itu, forex belum begitu dikenal atau dipahami. Kebanyakan para “trader”, melakukan dengan cara tradisional. Buy atau Sell, harus dilakukan langsung pada bank, untuk mendapatkan usd atau rupiah.
~ Begitulah uraian sederhana tentang Support & Resistance, yang mungkin mudah dipahami dalam adaptasi perdagangan forex. (bersambung)
* Pembina Management kadenews.com