Potensi Besar, Produk Oleh-Oleh Butuh Dukungan

0
Dari kiri: Indonesia Representative Peka Consult, Inc untuk Potatoes USA Leonard Tjahjadi, Kafi Kurnia, dan Penasihat IPA, I Made Konang saat melihat karya finalis 'Oleh-oleh Competition with US Ingredients' di Surabaya.

SURABAYA – kadenews.com: Industri oleh-oleh jenis makanan dan minuman di Tanah Air sejatinya memiliki potensi besar. Sayangnya hal itu belum banyak dimanfaatkan kalangan pelaku usaha.

Menurut Kafi Kurnia, Ketua Penyelenggara ‘Oleh-oleh Competition with US Ingredients’, selama ini produk oleh-oleh masih didominasi nama-nama besar yang sudah dikenal. Sementara produk-produk baru belum banyak yang muncul.

“Banyak hal yang menghambat pengembangan produk oleh-oleh di dalam negeri. Selain kurangnya inovasi, juga kebanyakan masyarakat kita latah, di mana ada produk yang laris manis mereka akan meniru produk yang bersangkutan,” katanya di sela penganugerahan kepada para pemenang ‘Oleh-oleh Competition with US Ingredients’ asal Surabaya, di Resto Nine, Rabu (24/1/2018).

Dipaparkannya, sebetulnya jenis makanan khas atau oleh-oleh asal Indonesia cukup banyak dan hampir semua daerah memiliki oleh-oleh khas lebih dari satu jenis. Bagi dia, masyarakat khususnya pebisnis kuliner Tanah Air memiliki keunggulan dalam bidang skill. Hanya saja, selama ini kurang mendapat perhatian dan arahan.

Oleh karenanya, pihaknya menggelar ‘Oleh-oleh Competition with US Ingredients’, dimana menantang para pelaku usaha kuliner oleh menciptakan produk oleh-oleh dengan mengombinasikan bahan baku impor.

Kegiatan yang bekerja sama dengan Indonesia Pastry Alliance (IPA) dan koperasi dari Amarika Serikat (AS) untuk memasok kentang, kismis, dan kacang-kacangan sebagai bahan untuk kompetisi ini telah dilangsungkan mulai Agustus 2017 lalu di tiga kota, yakni Yogyakarta, Surabaya, dan Bali.

“Kami ingin menguji kemampuan para pelaku usaha kue lokal mengolah bahan baku impor menjadi kue dengan cita rasa Indonesia,” ujar Kafi Kurnia.

Indonesia Representative Peka Consult, Inc untuk Potatoes USA, Leonard Tjahjadi menambahkan, dalam kompetisi yang diikuti ratusan peserta tersebut, IPA dengan tim juri telah memilih empat pemenang dari masing-masing kota. Pemanang pertama diraih produk brownis pisang yang dikombinasikan dengan bahan baku impor dengan nama BOJO yang merupakan singkatan dari Banana Oleh-oleh JOgjakarta. Sedang juara dua diraih pengusaha produk pastel dengan mengkombinasikan kulit dari kentang impor dan isinya ayam betutu.

“Sedang juara tiga dari Surabaya dengan nama produk Poteto yang sejatinya kue lumpur yang dikombinasikan dengan bahan impor,” tandasnya.

Menurut Leonard, gagasan kompetisi itu muncul karena masih banyak pelaku usaha kue, khususnya pemula di Indonesia yang takut menggunakan perpaduan bahan baku impor dan lokal untuk pembuatan produk kue. Padahal, menurut dia, bahan baku tersebut bisa menjadi alternatif sekaligus meningkatkan daya saing produk kue atau oleh-oleh lokal.

Selain menantang para peserta berkompetisi, menurut dia, IPA juga memberikan edukasi agar para pelaku usaha bakery dan pastry lokal lebih maju dengan membuat kemasan yang menarik, promisi yang baik, hingga pengurusan legalitas usaha.

“Kami edukasi bagaimana cara penyajiannya agar bisa menyasar para konsumen kelas menengah dan ke atas, dan lebih unik,” kata dia.

Penasihat IPA, I Made Konang menambahkan, pihaknya akan terus melakukan pembinaan terhadap para pebisnis lokal tersebut, termasuk bagi mahasiswa dan masyarakat umum. “Kami rutin menggelar pelatihan terkait pengolahan makanan, pakcaging, promosi, dan sebagainya. Ini agar produk tradisional atau oleh-oleh khas ini terus berkembang dan kian diminati,” ujarnya. (dit)