Bukan Bersaing, 17 Owner Restoran di Surabaya Ini Justru Kolaborasi Bikin Usaha Baru

0
Dari kiri: Ketua Apkrindo Jatim Tjahjono Haryono, CEO Mannara Group Andre Soenjoto, owner Ria Restoran Stephen Walla, dan Kresnayana Yahya.

SURABAYA – kadenews.com: Siapa bilang antar pelaku bisnis kuliner bermusuhan. Siapa bilang para pebisnis di sektor ini tidak kompak. Buktinya, 17 pemilik kafe dan resto di Surabaya kali ini bersatu bahkan kolaborasi mendirikan usaha yang bergerak di bidang yang sama, yakni food & beverage (F&B).

Usaha pertama yang pada Jumat (19/1/2018) dibuka adalah Captain Hood – Fish & Chicken. gerai resto yang berlokasi di kawasan Jalan Raya Gubeng Surabaya ini menjadi cikal bakal usaha hasil kolaborasi mereka, dengan membentangkan sebuah bendera dengan nama PT Mannara Kompak Sukses Bersama (Mannara Group).

CEO Mannara Group, Andre Soenjoto mengatakan, Captain Hood – Fish & Chicken menjadi pioner usaha dari Mannara Group, sehingga segala perhatian tercurahkan pada resto ini sebelum dibuka.

“Ini tidak main-main, karena 17 pendiri restoran ini masing-masing sudah punya pengalaman 10-15 tahun dalam menjalankan usaha kuliner. Dan semua terilbat dalam pendirian usaha ini, mulai test food, bahan baku, standar layanan, dan sebagainya. Jadi Captain Hood ini adalah yang terbaik dan benar-benar pilihan,” jelasnya di sela soft opening Captain Hood – Fish & Chicken.

Diakui Andre, semua founder yang terlibat memiliki visi dan misi yang sama yakni ingin menjadi bagian dari perubahan menuju kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

“17 Pendiri restoran ini mengesampingkan kompetisi dan memilih berkolaborasi dalam konsep bisnis zaman sekarang yang diwujudkan dalam sebuah perusahaan baru,” ungkapnya.

Ke-17 founder itu di antaranya, Innico Wirawan Sjahandi (Igor’s Pastry), Darma Santoso (My Kopi-O Group), Hari Subagio (Ken-Ken Bigul), Harijadi Surja (Kahyangan Group), Handojo Lesmana (Bentoya), Stephen Walla (Ria Resto & Jamu Iboe), Go Sudarto Yudi (Mahameru Restaurant), Daniel Indrapribadi (Restaurant Auditor), Andre Soenjoto (de Boliva), Tatang Widjaja (Cacayo), Handoyo Soedargo (X.O Group), Erwin G. Wijaya (Kabinet Coffee), Yusuf D. Lindra (Warung Leko), Eric Minarto (Porong Wei), Hendy Setiono (Kebab Turki Baba Rafi), Julius Putranto Komang (Suteki Sushi dan Penyetan Cok), dan Thomas Bobby (Pukis Banyumas).

Captain Hood sendiri merupakan restoran fast food yang mengandalkan makanan olahan ikan dan ayam. Dia memilih dua jenis makanan tersebut karena memang yang paling banyak disukai masyarakat Indonesia, sekaligus mendukung program pemerintah untuk gemar makan ikan.

“Prinsipnya kita mengedukasi masyarakat bahwa ikan itu memiliki protein yang jauh lebih baik dibanding ayam. Kedua kita juga mengedukasi anak-anak, dimana paket menu Captain Hood for Kids bukan diwujudkan hadiah mainan, tapi alat tulis,” tukas Andre.

Pihaknya menargetkan, dalam 1-2 tahun ke depan Captain Hood akan memiliki 3-4 gerai di Surabaya dan sekitarnya.

Ditambahkan Andre, Mannara Group sendiri telah merancang 10-15 usaha di bidang F&B yang akan dikembangkan. Usaha itu diantaranya Allo Gelato, Food Lokal by Mannara Group, Ada Catering, Nona Cantik – Mie & Roti Bakar, Mu.La Coffee & Workspace, Mela Kitchen & Koffie, Fine Nine Kitchen & Bar, Penjet Penjet – Roemah Makan.

“Untuk Food Lokal by Mannara Group, rencananya melibatkan para pelaku UKM kuliner dengan mengusung tema tradisional food seperti menu makanan rujak cingur, gado-gado, pecel, semanggi, soto dan lainnya,” ungkapnya.

Ajak masyarakat memiliki
Satu lagi yang menarik, meski Mannara Group merupakan hasil keroyokan para bos usaha kafe dan rumah makan, namun toh pihaknya membuka kesempattan bagi masyarakat umum untuk ikut memiliki.

Caranya, melalui membership dengan minimal investasi atau pembelian saham 1 GM (Gue-Mannara) Rp1,8 juta dan maksimal 100 GM per orang.

“Membership hanya untuk 1 KTP. Saham tersebut bisa dinikmati saat Mannara melakukan Go Public setidaknya 1 tahun berjalan bisa menikmati benefit. Selain itu setiap membership akan mendapatkan Rp 1 juta voucher makan minum dan Rp 1juta untuk saham,” ujarnya.

Sejak dikenalkan pada November 2017 lalu, saat ini Andre mengklaim sudah ada 280 GM atau membership yang resmi bergabung. Pihaknya menjamin dana yang dikelola bisa memberikan manfaat dan keuntungan bagi pemilik.

“Buktinya, saat awal kita buka, harga per GM masih Rp 1,5 juta, namun sekarang nilainya sudah naik menjadi Rp 1,8 juta,” tandasnya.

Sementara itu di tempat yang sama, Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jawa Timur, Tjahjono Haryono mengatakan, pihaknya sangat mendukung langkah yang dilakukan para pebisnis kafe dan restoran dengan menyatukan diri dan membentuk sebuah usaha bersama dengan nama Mannara Group.

“F&B adalah bisnis yang sustainable. Dan kolaborasi yang dilakukan para owner kafe resto ini merupakan wujud tanggung jawab mereka di industri ini. Bahwa bisnis F&B bisa dikelola banyak orang bahkan melibatkan masyarakat untuk ikut memiliki,” ucapnya.

Menurutnya usaha yang dibangun memalui bendera Mannara Group itu merupakan salah satu inovasi pebisnis kafe dan resto di tengah disrupsi ekonomi yang terjadi di Tanah Air.

“Karena itu pengusaha kafe dan restoran harus kreatif. Kami yang tergabung dalam Apkrindo Jatim sudah menyiapkan pengembangan bisnis di sektor ini agar 2018 kinerja bisa tumbuh hingga 20 persen,” jelas Tjahjono.

Dipaparkannya, pada tahun 2017 catatan industri F and B di Surabaya ada yang mengalami penutupan atau gulung tikar. Namun, jumlah yang tutup, masih lebih sedikit atau angkanya bisa ditutupi dengan jumlah yang buka baru. Artinya peluangnya masih terbuka.

Pakar statistik Kresnayana Yahya yang hadir dalam acara itu mengaku sangat mendukung usaha ini. Menurutnya, sektor F&B saat ini memang langka inovasi. Oleh karena itu dengan kehadiran Mannara Group yang notabene melibatkan para pemilik kafe dan resto, diyakini akan menjadi sebuah kreasi yang bukan saja memiliki produk yang terbaik, namun juga mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Ini usaha yang bisa berkelanjutan. Karena konsumen bisa ikut menentukan kinerja restoran ini. Mereka memiliki modal dan tentunya ada keinginan untuk berkelanjutan dengan menjadi konsumen dan mengajak rekan-rekannya yang lain, sehingga konsumen bertambah. Jadi saya yakin ini akan memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional,” ujarnya. (dit)