Tergeser Pisang Mas Kirana, Pisang Agung Mulai Merana

Mengawal Potensi Cagar Budaya dan Agrowisata di Lumajang (2)

0
PRODUK UNGGULAN: Pisang agung yang dijual di Pasar Gedang, Ranuyoso Lumajang

 

Sejak lama Lumajang menyandang predikat Kota Pisang. Ada banyak jenis, mulai dari pisang susu, kepok, raja, ambon, pisang agung Semeru hingga pisang mas Kirana. Dua pisang yang disebut terakhir ini jadi produk unggulan wilayah Lumajang. Pisang mas Kirana bahkan belakangan terus naik daun. Hanya saja, pisang agung Semeru yang mulai merana. Kenapa?

 

SIAPA pun yang belum pernah melihat “bodi” buah pisang agung Semeru, pasti akan terbelalak begitu menyaksikannya. Perbiji besarnya bisa segede lengan orang dewasa. “Uwwik, pisang apa ini, kok besar- besar,” ucap Asma, warga Jemur Wonosari ketika kemenakannya mengangkut pisang agung Semeru di belakang sepeda motornya.

Arifah, kemenakan Asma itu memang punya suami Anton asal Lumajang. Karena ada hajatan keluarga di Surabaya, Anton sengaja membawakan oleh-oleh berupa pisang berbodi besar-besar dan melengkung itu. Satu tandan (tundun) berisi 2 sisir (lirang) dengan bobot 10-20 kg/tandan. Ukuran panjang antara 33-36 cm dengan lingkar buah 19 cm.

Bagi warga asal Lumajang yang tinggal di kota-kota besar, sudah menjadi kebiasaan untuk membawa oleh-oleh buah khas Lumajang itu untuk keluarganya di kota. Lebih-lebih ketika keluarganya punya hajatan, seperti khitanan maupun pernikahan.

Sayangnya, buah yang sudah diresmikan sebagai varietas unggulan oleh Menteri Pertanian 2005 silam itu mulai terancam punah. Kenapa demikian, karena ternyata para petani sudah mulai berkurang minatnya untuk terus bergelut dengan pisang agung.

Di kampung pisang Kandang Tepus, Senduro misalnya, banyak warga yang tidak bercocok tanam pisang agung. Mereka kini beralih haluan dan lebih tertarik untuk menanam buah pisang mas Kirana. Karena belakangan pisang mas Kirana ini lebih memberi harapan..

Pisang mas Kirana ditetapkan sebagai varietas unggulan nasional sejak 2005 lalu oleh Menteri Pertanian, dan sebagai produk unggulan oleh Bupati Lumajang tahun 2006. Potensi itu menjadi daya tarik para importir maupun pedagang pasar lokal. Bahkan khusus pisang mas Kirana sudah tembus ke manca negara, seperti Singapura, Malaysia, Brunai, Hongkong, dan Jerman. Dalam perkembangannya, pisang mas kirana juga telah mendapatkan sertifikat “Prima 3” produk buah segar tahun 2009.

Bahkan Asosiasi Petani Pisang “Seroja” Senduro telah mendapatkan sertifikat “Global GAP” dari Control Union Certification di Belanda, sehingga buah pisang mas kirana nyata-nyata diakui secara internasional.

Sementara, harga pisang agung yang relatif mahal antara Rp 70.000 hingga Rp 125.000/tandan menjadi salah satu kendala. Tingkat lakunya lebih lama, karena dipengaruhi daya beli masyarakat. Ini membuat penghasilan petani menurun hingga mengurangi animo terhadap penanaman pisang agung.

“Kami tentu prihatin. Para petani banyak beralih ke tanaman pisang mas Kirana. Jika dulu luas arealnya mencapai 100 hektare, kini tinggal 50 hektare,” ucap petugas Penhuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian Lumajang, Kamtur Sulaiman di kampung pisang Kandang Tepus, Senduro.

Berkurangnya minat menanam pisang agung, menurut Kamtur, karena dari segi pemasaran tidak lebih moncer dari pisang mas Kirana. Sementara kalau bergantung kepada mitra kerja dari luar kota, harganya jauh lebih murah. Lebih mahal jika dijual di pasar lokal, seperti di pasar agro Senduro, stand-stand bekas Stasiun Kota, juga kios-kios yang berjajar di pasar Ranuyoso maupun pasar Gunung Tengu, Ranuyoso.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang Ir Paiman sudah pernah mencari terobosan dengan mengikuti berbagai pameran di kota besar. “Bahkan sudah empat kali membawa Pisang agung ke pameran produk unggulan pertanian di Jakarta. Alhamdulillah, tanggapannya sangat positif. Banyak pengunjung pameran yang terheran-heran,” ujar Paiman.

Hanya saja, upaya itu belum mampu mengangkat ‘great’ dan volume penjualan pisang agung lebih meningkat lagi. Agaknya, Pemkab Lumajang perlu terus menerus meyakinkan para petani agar tetap menanam buah pisang raksasa ini, terutama untuk persiapan momen hari raya, harganya melambung tinggi.

Upaya lain, perlu menjalin kemitraan dengan membuka beberapa pusat oleh-oleh khas Lumajang di kota-kota besar. Di tempat itu dijual pisang agung Semeru dalam bentuk aslinya, maupun dalam berbagai bentuk olahan. “Termasuk kalau pisang agung yang sudah menghitam kulitnya, diolah saja menjadi pisang

goreng. Rasanya khas dan nyaman disantap. Pasti laku,” tambah Kamtur.(aru/Bersambung)