Pada mulanya Warno sempat memberontak karena dia tidak bisa bermain dan sekolah seperti anak seusianya.
Bahkan anak yang sudah memasuki usia tiga puluh tahun ini kesehariannya hanya bergelut dengan peralatan palu dan gergaji ini hanya berada di pinggir pantai tempat ia membuat perahu.
“Awalnya saya hanya membantu namun karena usia ayahnya sudah beranjak tua ditambah kesehatannya sudah sering sakit-sakitan, saya harus mengganti pekerjaan ayahnya,” ujar Warno saat di temui di tempat kerjanya.
Warno mengaku jika dalam beberapa tahun ini pendapatan dari membuat perahu jauh berkurang dibandingkan saat ia awal membantu ayahnya menurutnya
Selain pembuat perahu sudah banyak, bahan-bahannya terutama kayu untuk membuat perahu sudah agak sulit di dapat.
Dengan begitu, otomatis mengurangi pendapatan, namun Warno tetap menekuni pekerjaan turunan orang tuanya tetap ia tekuni. “Mau bagaimana lagi,” keluhnya.
Saat ditanya berapa penghasilan dari membUat perahu, ia hanya tersenyum. (bai/ian)