Mahasiswa UIN Malang Geruduk Kilisa Desain, Mau Apa?

0
Antusias mahasiswa UIN Malang menyaksikan kerajinan daur ulang koran bekas.

BANYUWANGI – kadenews.com: Untuk meningkatkan kreativitas di bidang kerajinan, mahasiswi FITK Universitas Islam Negeri (UIN) Malang mengunjungi salah satu rumah produksi kerajinan daur ulang koran bekas yang ada di Banyuwangi. Sebanyak 39 mahasiswi dan dua dosen Fakultas ITK UIN Malang, mengunjungi Kilisa Desain di Jl Yos Sudarso Gang Merpati No 12, Sukowidi Banyuwangi.

Salah seorang dosen UIN Malang, Ni’matuz Zahroh menjelaskan, mereka mengenal Kilisa Desain melalui beberapa teman. Dan selanjutnya mencari tahu sendiri dengan browsing lewat internet. “Kami berkunjung ke Kilisa Desain ini dalam ranka melatih kreativitas mahasiswa. Dengan datang langsung ke rumah produksinya, kami beharap kreativitas mahasiswa bisa lebih kreatif lagi,” tuturnya, Jumat (20/4/2018).

Ni’matus cukup tertarik dengan produksi Kilisa Desain, sebab memanfaatkan barang-barang limba yang sudah tidak terpakai lagi, disulap menjadi barang-barang yang lebih berdaya guna. Bahkan untuk proses pembuatannya juga dinilainya tidak seberapa sulit, baik mengenai kebutuhan bahan baku yang melimpah sampai yang lain-lain. “Yang terpenting membutuhkan tingkat kesabaran dan keuletan saja,” tandasnya.

Melihat Kilisa Desain yang mampu berkiprah, Ni’matuz Zahroh juga berjanji akan mengusahakan mengembangkan kerajinan daur ulang koran tersebut melalui pendidikan di kampus. Insya allah hal itu nantinya akan bekerjasama dengan lembaga kampus. “Mulanya sebatas masyarakat kampus dulu, kemudian masyarakat sekitar kampus. Kalau sudah sukses, baru ke masyarakat yang lebih luas,” janjinya.

Kedatangannya ke Banyuwangi sebenarnya tidak hanya mengunjungi Kilisa Desain yang khusus memproduksi kerajinan daur ulang. Mereka rencananya juga akan mengunjungi beberapa usaha kerajinan yang ada di Banyuwangi, salah satunya batik. “Kalau hari ini kami khusus mengunjungi satu tempat yakni Kilisa Desain, tapi besok akan dilanjutkan ke usaha kerajinan batik dan sebagainya,” akunya.

Sementara owner Kilisa Desain, Sumiyati mengaku, awalnya usaha yang dirintisnya ini hanyalah bersifat iseng saja. Saat itu dia dan suaminya melihat koran-koran bekas yang berserakan di depan masjid dekat rumahnya. “Kami tergelitik untuk mengevakuasi koran-koran itu dan akhirnya kami pulung. Tapi waktu itu kami juga bingung, mau dijadikan apa koran-koran ini agar bisa memiliki nilai,” ujar Sumiyati.

Berbekal kreativitas yang cukup tinggi, akhirnya Sumiyati bersama suaminya, Didik mencoba membuat replika candi dari koran-koran bekas tersebut.Ternyata hasil kreativitasnya cukup banyak yang meminati. Akhirnya replika candi itupun laku terjual.

“Akhirnya kami terus bikin lagi dan bikin lagi dengan desain yang terus berkembang. Tidak hanya replika candi yang kami buat, hampir semua bentuk barang seperti toples, tempat air mineral, kotak tisu, replika gandrung, replika orang-orang papua, kapal laut, tas unik, lampu hias dan sebagainya. Semuanya saat ini kami pasarkan leat online, FB, instagram, dan beberapa pameran di luar kota seperti di Denpasar, Bantul dan sebagainya. Hingga saat ini terus berkembang dan bisa menjadi usaha kami,” katanya.

Sumiyati juga mengaku, hasil-hasil produksinya ini sudah pernah diekspor oleh seseorang hingga ke Singapura. Selain itu juga ada wisatawan asing yang datang langsung ke rumah produksinya untuk membeli beberapa hasil kerajinan Kilisa Desain. “Pernah seorang aktivis lingkungan dari India datang diantar oleh pihak Bank Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyuwangi. Dia membeli toples dan patung Afrika. Begitu juga Nalina Shekar dari organisasi internasional systemiq German Kantor Cabang Jakarta, datang ke rumah produksi kami,” akunya bangga. (har)