Menteri Penerangan Tiga Periode Era Presiden Soeharto Berpulang

0
BERAWAL DARI WARTAWAN: Almarhum Harmoko, mantan menteri penerangan dan politisi senior Partai Golkar. (Foto: dok kompastv/tribun)

JAKARTA-KADENEWS.COM: Innalillahi wa innailaihi rojiun. Mantan Menteri Penerangan di era Presiden Suharto, Harmoko bin Asmoprawiro berpulang, Minggu (4/7/2021) pukul 20:22 WIB. Almarhum meninggal setelah dirawat di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

“Sepanjang yang saya ketahui Harmoko sudah sakit sejak beberapa tahun lalu. Namun semangat hidupnya luar biasa. Masih kerap rajin hadir di acara-acara besar Golkar walaupun harus duduk di kursi roda,” ujar Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet), Minggu (4/7/2021).

Harmoko yang lahir di Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939. Politisi Partai Golkar ini pernah menjadi Ketua MPR pada masa pemerintahan B.J Habibie.

“Perjalanan hidupnya luar biasa. Di era beliaulah harga-harga kebutuhan pokok rakyat terkendali karena kerap diumumkan. Bahkan setiap hari tidak pernah terlewatkan, Harmoko muncul di televisi mengumumkan harga-harga kebutuhan pokok rakyat seperti harga cabe keriting dan lain-lain untuk mencegah para spekulan bermain,” ujar Bamsoet yang juga politisi Golkar itu.

Harmoko menjadi pejabat negara  setelah memimpin Peesatuan Wartawan Indonesia (PWI)  Pusat. Sejak memimpin satu-satunya organisasi wartawan di era Orde Baru itulah pada 1983, lelaki berambut klimis itu  ditunjuk Soeharto menjadi Menteri Penerangan selama tiga periode.

Pada 1993, Soeharto juga mempercayai Harmoko memimpin Golkar. Dia tokoh sipil pertama yang menakhodai partai berlambang pohon beringin itu. Enam ketua umum sebelumnya, Suprapto Sukowati, Amir Moetono, Sudharmono, dan Wahono berlatar tentara.

Lewat program Temu Kader ke berbagai daerah Nusantara, Harmoko membuktikan bahwa dirinya tak kalah dengan para jenderal. Buktinya pada Pemilu 1997 Golkar mendapat 74,51 persen suara. Meningkat sekitar 6 persen dari Pemilu 1992, sebesar 68,10 persen. Itu rekor prestasi yang hingga kini belum terpecahkan.

Karir Harmoko diawali pada 1960-an, setelah lulus dari SMA, ia bekerja sebagai wartawan dan kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka.
Empat tahun kemudian, pindah menjadi wartawan di Harian Angkatan Bersenjata. Pada 1965, ia memilih menjadi jurnalis di Harian API. Pemimpin redaksi majalah berbahasa Jawa, Merdiko.

Ia menjadi pemimpin dan penanggung jawab Harian Mimbar Kita pada 1966-1968. Berbekal pengalaman berkecimpung di dunia pers, pada 1970, bersama beberapa temannya, ia mendirikan Harian Pos Kota yang legendaris itu.

Harmoko saat menjabat Menteri Penerangan, mencetuskan gerakan Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pirsawan) sebagai alat untuk menyebarkan informasi kebijakan dari pemerintah. (bbs/ian)