Mahfud MD Usulkan Perubahan Sistem Pemilu

0
PEMILU: Prof. Mahfud Md, saat memaparkan pemikirannya dalam seminar Quo Vadis Demokrasi Pasca Pemilu Presiden ditinjau dari sisi Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis di Fakultas Hukum Universitas Islam Kadiri (Uniska). (Foto: Zainal/kadenews.com)

KEDIRI-KADENEWS.COM: Pakar hukum Tata Negara Mahfud MD, mengusulkan perubahan mendasar sistem pemilu di Indonesia dari proporsional terbuka ke proporsional tertutup.

Pasalnya sistem pemilu saat ini tidak membuahkan wakil rakyat yang mengerti garis perjuangan Partai.

Sekedar diketahui sistem pemilu proporsional tertutup itu hanya memilih partai tanpa tahu calegnya. Sedangkan proporsional terbuka itu pemilih langsung memilih calegnya sehingga tahu namanya.

Menurut Mahfud, sistem proporsional tertutup lebih menjamin terpilihnya wakil rakyat yang mengerti perjuangan partai pengusung.

“Dengan sistem pemilu saat ini yang terpilih karena mendapat suara terbanyak, dalam partai pengusung, hasilnya kurang bermutu” ujar Mahfud MD dalam seminar nasional “Demokrasi Mau Dibawa Kemana” yang di selenggarakan Fakultas Hukum Universitas Islam Kadiri bekerja sama dengan Persatuan Advokat Indonesia, serta Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara (APHTN dan HAN), Minggu (14/7/2019).

Mahfud juga mengusulkan perubahan ambang batas bagi parpol pengusung calon Presiden yang saat di tetapkan 20 persen. Batas itu sangat tinggi sehingga yang bisa mengusung atau mencalonkan presiden hanya partai besar. Sedangkan partai kecil tidak bisa mencalonkan.

“Pemilu Presiden 2024, ambang batas harus di perkecil menjadi 4,5 persen,”, ujar Mahfud.

Mahfud juga mendesak pemerintah segera melakukan perubahan UU Pemilu Presiden dan Legislatif sebelum tahun 2021, untuk menghindari, tarik menarik kepentingan.

Untuk pemilu serentak Mahfud mengusulkan agar petugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS), tidak bekerja lebih dari 7 jam, caranya adalah dengan model gantian atau shif. Shif pagi bagian pemungutan suara, siang menghitung sore sampai malam yang merekap atau menghitung dan adminitrasi. ” Harus ada pembagian tugas supaya tidak lelah”, ujar Mahfud MD.

Selain Mahfud MD, seminar juga diisi, Prof Ali Maschan Moesa, mantan ketua PW NU Jatim yang juga sebagai Rektor Uniska yang meninjau dari sisi sosiologis.

Juga ada Rudi Gunawan, staf ahli bidang komunikasi Kantor Staf Presiden yang mengulas tentang sisi filosofi pasca Pemilu Presiden. (nal/ian)