Don Kisot di Tahun Politik

0
PEMBANGKIT: Proyek kelistrikan yang terus tersendat (Foto : Ist)

Oleh: A Munief Azis *

~ TAHUN politik memang memberikan warna tersendiri. Sebuah harapan baru mulai ditawarkan, dengan aneka pola. Ada melalui jalur gampang dan mulus, karena sebagai petahana. Dan ada yang harus banyak keluar “otot” sebagai calon baru . Semua janji, pastinya mengarah pada kehidupan yang lebih baik.

~ Don Kisot kecil itu memang perlu ada. Biarlah menawarkan tentang masa depan, dengan mimpi-mimpi indah, . Katanya, untuk mencapai sesuatu yang bermakna dimulai dari sebuah mimpi. Boleh, dengan rencana-rencana yang besar, sebagai gantungan harapan.

~ Itu semua bisa kita baca dan lihat pada media cetak atau elektronik. Setting apik, tentang kepemimpinan, silih berganti dapat disaksikan di TV swasta kita. Menjadi corong para calon pemimpin.
***
~ Program nawacita, adalah cita-cita besar. Menjanjikan perubahan yang paling dramatis dalam hampir setiap aspek kehidupan ekonomi dan sosial. Program Itu sebenarnya merupakan rangkuman dari cita-cita mulia UUD 45, atau Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa. Hampir semua pemimpin negeri ini berusaha mewujudkannya, meski dengan cara yang berbeda, dan tanpa slogan.

  • ~ Salah-satu yang menarik perhatian saya, seperti yang tertuang pada urutan ketiga nawacita:”Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

~ Sungguh, itu adalah proyek besar, Tidak mudah mencapainya. Barangkali cuma Tiongkok (RRT) yang mampu melakukan dengan baik, karena penegakan hukum yang tegas dan jelas, yang sedikit multi tafsir. Mungkin kita tidak perlu memperbandingkan indeks korupsi atau koruptor yang ditembak di tengah lapangan.

~ Sementara ini, anggap saja, kita butuh pemimpin kuat, tegas dan bersih. Itupun tak cukup 2 periode jabatan presiden. Artinya, presiden berikutnya harus memiliki kualifikasi yang sama. Kalau dihitung model repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun), setidaknya dibutuhkan 5-6 repelita.

~ Lain dari hal di atas, perlu presiden yang memiliki komitmen pada kejahatan luar biasa, yakni korupsi tanpa keraguan sedikitpun. Tidak ada lagi, kepala desa, bupati, gubernur terkena OTT yang membuat puyeng sang menteri. Begitu juga pada lembaga yudikatif, jaksa dan hakim yang mencoreng lembaganya, tidak ada lagi. Lantas, bagaimana dengan lembaga legeslatif ? Belakangan sepertinya makin terpuruk, setelah sang Ketua diseret, dalam kasus E-KTP.
***
~ Sekarang program pekerjaan yang lebih spesifik. Disebut banyak pengamat sebagai proyek ambisius yang tidak realistis.

~ Saya ambil satu contoh, proyek kelistrikan. Itu merupakan ‘kue’ yang cukup besar. Dalam rentang waktu 2014 sampai 2019 akan menelan Rp 1.250 triliun. Atau dibutuhkan dana dana Rp 250 triliun setiap tahunnya. Bila ditilik pada kondisi makro ekonomi kita, rasanya cukup berat. Idealnya, mega proyek (35 ribu mw) itu digarap selama 10 tahun.

~ Beberapa waktu lalu, saya membaca tentang proyek investasi yang mangkrak. Jumlahnya lumayan besar, yakni Rp 351 triliun dan US$ 50 miliar. Banyaknya investasi yang mangkrak adalah realisasi selama tujuh tahun terakhir, memang masih tak sesuai harapan.

~ Namun, saya tak ingin membahas lebih dalam, siapa yang harus bertanggung jawab. Biarlah semuanya berangan-angan, dengan janji politik yang tahun ini, bakal marak. Maka berhayallah sebagaimana Don Kisot. Merancang rencana-rencana besar, sehingga darahnya mendidih untuk menjadi kesatria tangguh. Tak peduli baju zirah dari kain gombal dan helm perangnya dari panci rombeng.

~ Jangan kecil hati, bila kita memahami Don Kisot sebagai subyek dan kisah kepahlawanannya sebagai obyek. Tunggu dan tunggu sebuah mimpi yang bisa menjadi kenyataan. Sepuluh atau lima puluh tahun lagi ? Wallahualam.

* Pembina Manajemen kadenews. com