Analisis Penyebab Kebakaran Hutan Indonesia, Mahasiswa ITS Raih Juara Pertama

0
BERPRESTASI: Tim yang terdiri dari Dedi Setiawan, Bekti Indasari, dan Dewi Lutfia Pratiwi ini berhasil menggondol juara pertama dan memperoleh penghargaan dalam kategori best speaker.

SURABAYA-kadenews.com: Mahasiswa Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tampil sukses menjuarai Lomba Karya Tulis Ilmiah di Universitas Mulawarman, Minggu (25/03). Tim yang terdiri dari Dedi Setiawan, Bekti Indasari, dan Dewi Lutfia Pratiwi ini berhasil menggondol juara pertama dan memperoleh penghargaan dalam kategori best speaker.

Berawal dari pengalaman saat melakukan kerja praktik di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dedi Setiawan berinisiatif mengemban tugas untuk menganalisis wilayah yang berpotensi terjadinya kebakaran lahan dan hutan melalui data gambar yang diberikan oleh satelit NASA.

Dedi berpikir bahwa menganalisis wilayah-wilayah tersebut tidak cukup hanya berdasarkan data-data kejadian kebakaran sebelumnya, tetapi tingkat curah hujan juga harus diperhitungkan. Dari masalah ini, Dedi bersama tim mengangkat ide untuk menganalisis titik panas kebakaran di beberapa wilayah Indonesia berdasarkan pengaruh curah hujan dengan metode Cluster K-Means dan SDV.

Cluster K-Means adalah metode analisis yang digunakannya untuk mengelompokkan obyek-obyek pengamatan menjadi beberapa kelompok sehingga akan diperoleh suatu kelompok di mana obyek-obyek dalam satu kelompok tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan yang nyata. Sedangkan Singular Value Decomposition (SDV) adalah teknik untuk mengatur pola tingkat curah hujan yang dominan dari masa ke masa.

Saat diwawancarai, Dedi bersama tim menyampaikan bahwa data dan fakta masalah tersebut diolah dengan menggunakan data frekuensi terjadinya kebakaran dan pola tingkat curah hujan di Indonesia dalam kurun waktu antara tahun 1995 sampai 2016 yang diambil dari satelit.

Data-data tersebut dikombinasi dan dianalisis menghasilkan 12.800 titik yang tercatat, yaitu sebanyak 28 titik yang berpotensi tinggi terjadi kebakaran hutan maupun lahan, 116 titik berpotensi sedang, dan 12.690 titik berpotensi rendah. Dari 28 Titik tersebut tersebar di wilayah Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat tepatnya.

“Di babak final, tim juri merasa kagum dengan analisis tim kami. Apalagi data referensi yang kami gunakan langsung diambil dari satelit NASA yang terpantau dan terbantu di BMKG. Hal ini tentu berpengaruh pada akurasi dalam analisisnya”, tutur Dedi.

Saat presentasi, tim juga memperoleh apresiasi, komentar dan tanggapan lain dari dewan juri. Alhasil, tim bisa menjawabnya dengan tepat dan cepat. Sehingga nilai yang diperoleh cukup tinggi dari tim-tim yang bersaing. Tidak heran, Dedi, salah satu anggota dari tim juga mendapat penghargaan presentator terbaik atau “Best Speaker”.

Sebagai tindaklanjut dari kegiatan ini, Dedi bersama Tim mengungkapkan keinginannya untuk mensosialisasikan hasil dari analisis data yang diperoleh tersebut ke pemerintah.

“Tujuannya untuk dapat dijadikan bahan masukan dan dilakukannya rencana tindakan lebih lanjut, agar lebih bermanfaat,” ungkapnya. (rio/01)