Segarkan Diri di Car Free Day Kota Kediri

Penulis: Zainal Arifin

0

CAR free day (CFD) kini tidak lagi hanya dijumpai di kota-kota besar saja. Program ini kini juga kian meluas hingga berbagai kota, salah satunya Kediri.

Bukan hanya sebagai upaya pemerintah daerah dalam mengurangi emisi gas buang oleh kendaraan bermotor, namun ajang CFD telah menjadi ajang budaya, paduan antara jalan-jalan pagi, olah raga pagi, cuci mata, reuni/ketemuan, kegiatan sosial, atraksi seni, belanja, pasar dadakan, hingga selfi bersama, hingga kuliner. Aktivitas CFD membentuk aktivitas sosial ekonomi kota, dan memberikan kepuasan warganya.

Mobil motor praktis tak bisa masuk jalan utama Dhoho, petugas berjaga diujung ruas jalan yang sudah di hias dengan balon merah raksasa sebagai ganti pintu gapura masuk Jalan Dhoho.

Tak ayal, setiap hari Minggu pagi, CFD yang berlokasi di kawasan Jalan Dhoho Kota Kediri ini dibanjiri ribuan warga dari berbagai penjuru kota. Mulai subuh, geliat para pedagang sudah mulai gemuruh, mereka menggelar lapak dagangan di pinggir jalan yang biasa di pakai parkir mobil dan motor. Suara tape recorder, dan hentakan kaki para pesenam juga mulai membahana.

Sementara mereka yang enggan melakukan senam hanya jalan santai di kawasan itu, baik sekadar cuci mata, menikmati kuliner atau hanya sekadar duduk-duduk di trotoar.

Berderet pedagang kaki lima bernyayi riang gembira menyambut pembeli yang berjubel di pagi hari. Segala jenis hobi masyarakat ada di sini.

“Ya mulai para penghobi anjing piaraan yang lucu lucu dan manis, para penghobi ular, penghobi burung hantu dan lain sebaganya ada di jalan Dhoho saat car free day di hari Minggu”, ujar Apip Kabag Humas Pemkot Kediri.

Panjang Jalan Dhoho Kota Kediri hanya sekitar satu kilometer dengan lebar 10 meter, dibuat satu arah. Pada hari biasanya atau di luar Minggu pagi sisi kiri jalan digunakan parkir para pembeli atau yang belanja di toko di kawasan Jalan Dhoho, sehingga badan jalan efektif tinggal ekitar 6 meter.

Tidak ada suara bising hingar bingar oleh aktivitas anak muda, panggung seni tidak ada, juga tidak ada olah raga senam. Tidak banyak kegiatan spontanitas atau kreativitas. Ada hiburan yang lucu, itupun dari pertunjukan topeng monyet, yang menarik bagi anak-anak dan orangtuanya. Ada sekumpulan orang tergabung dalam peminat fotografi, yang sibuk memainkan kameranya. Inipun terlihat biasa saja, tidak atraktif. Ada beberapa penjual jasa hiburan, yang diminati anak-anak balita, yakni mobil putar. Si anak naik mobil, sementara si ibu menunggu sambil menyuapi makanan.

Selain itu, jalan Dhoho berubah jadi pasar tradisional. Ada penjual telo godo, pentol bakso, dan segala jenis makanan modern dan tradional, mainan anak anak dan berbagi jenis makanan lainnya tersaji dengan rapi. Salah seorang pengunjung yang baru sekali datang ke lokasi, terlihat tersenyum gembira, usai berjalan dari ujung terlihat mampir di penjual bubur ayam lalu, berbelanja kerudung.

Wanita asal Mrican, Kediri ini mengaku sengaja datang ke CFD untuk mengantar keluarga dari luar kota.”Tak menyangka tak di duga kota Kediri memang luar biasa,” kata Pirul sambil membolak balik jilbab yang di pilihnya di atas lapak pedagang.

Jalan utama kota Kediri ini hidup sepanjang waktu 24 jam tanpa henti. Namun jangan disamakan dengan Malioboro yang tertata indah rapi dengan trotoar yang luas, atau Jalan Ijen di Malang dengan aman yang luas di tengah jalan atau jalan jalan di Jakarta yang tertata dan luas. Jalan Dhoho masih terkesan tradisional kecil dan tanpa seni.

Namun kalau malam liburan jalan Dhoho ini akan macet di penuhi kendaraan dari berbagai penjuru. Jika malam hari tiba, ketika toko di pinggir kiri dan kanan tutup, berubah lah depan toko atau emperan toko itu di gunkan jualan oleh para pedagang tradional. Bagi pembaca yang datang ke Kediri, wajib hukumnya untuk jalan jalan di Dhoho menikmati kuliner khas Kediri tumpang atau pecel, dan juga ada mie Godog, goreng atau nasi goreng di malam hari.

Tak Terasa matahari mulai meninggi, waktu menunjukan pukul 09.00, WIB, waktu di tutupnya jalan utama kota Kediri akan berakhir. Petugas kebersihan sudah mulai menyapu jalanan, para pedagang sudah mulai meringkas dan menggulung tikar pertanda penutupan jalan sudah mulai usai.

Toko-toko yang semula tutup mulai ada yang membuka mengintip jalanan. Para pengunjung dari berbagai sudut kota mulai meningalkan lokasi mananti minggu pagi kembali untuk menghibur hati.

Car Free Day di kawasan Dhoho Kediri ini berlansung sejak tahun 2014, dan dibuka Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar.

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Kediri Ferry Djatmiko mengatakan, jika Car Free Day akan membuat udara di Jalan Basuki Rahmat-Jalan Dhoho segar dan bersih. Karena tidak ada kendaraan bermotor yang mengeluarkan polusi udara. “Ini sangat baik untuk kesehatan,” ujarnya.

Ferry Djatmiko mengatakan, Dishubkominfo Kota Kediri akan terus mendukung Car Free Day. Komunitas sepeda dan yang lain bisa menggu¬nakan Jalan Basuki Rahmat-Jalan Dhoho untuk beraktivitas.

Hal senada diutarakan Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah- raga (Disbudparpora) Nur Muhyar. “Car Free Day ini sangat bagus. Kami ingin masyarakat yang olahraga dan bermain kesenian di acara Car Free Day,” harapnya.