OPINI

0

 

Era Revolusi Industri 4.0 dan Dampaknya

Oleh : Rachmalia Maghfirotim Maulany

Perkembangan teknologi saat ini sudah berkembang hingga sampai era revolusi industri 4.0. Era revolusi industri 4.0 merupakan penggunaan kecerdasan buatan, robotik dan automasi kegiatan sehari-hari kita, terutama dalam bidang industri. Respons masyarakat terhadap perubahan revolusi industri 4.0 cukup baik contohnya mereka mulai menggunakan jasa online dan berjualan online untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

Revolusi industri 4.0 juga membantu dunia pemerintahan dalam hal pelayanan dari yang manual biasa dilakukan oleh aparatur sipil negara secara perlahan diubah menjadi pelayanan berbasis digital sehingga rumitnya pelayanan dan pungli juga dapat dicegah.

Berdasarkan pendapat dari Prof. Dwikornita Karnawati (2017), bahwa revolusi industri 4.0 dalam 5 tahun  mendatang akan menyebabkan dampak  35% jenis pekerjaan terhapus. Sedangkan 10 tahun mendatang pekerjaan yang dioperasikan manusia akan terhapus meningkat menjadi 75%.

Contohnya terdapat dalam industri otomotif, akan muncul teknologi mobil tanpa pengemudi. Dampaknya terhadap pemasaran kebutuhan asuransi kecelakaan akan berkurang yang menyebabkan cedera dan kematian diperkirakan hampir hilang mencapai 94% dari semua asuransi.

Pada dunia kesehatan sekarang pasien tidak perlu mengantre lama untuk mendapatkan pelayanan dokter. Pasien hanya  duduk di rumah dan membuka smartphone sudah bisa mendaftar secara online. Respons pun cepat, si pasien langsung mendapat pemberitahuan kapan hari dan jam untuk dapat berkonsultasi dengan dokter yang dibutuhkan.

Begitu pula bagi orang yang akan bepergian tidak perlu jauh jauh datang ke agen travel untuk mendapatkan tiket pesawat atau moda transportasi lain. Pengguna jasa tinggal memesan lewat banyak jasa travel online dengan harga bervariasi. Mulai dari harga yang murah atau mahal dengan pelayanan yang lebih premium atau berkelas. Tentunya sebelum memesan tiket calon pengguna bisa mengunduh aplikasi penjualan tiket melalui smartphone secara gratis di playstore.

Pada era revolusi industri 4.0 kita tidak perlu membawa uang banyak cukup kita memasukan uang tersebut dalam bentuk saldo contohnya ovo, dana, gopay, dan link. Kita bisa mengisinya lewat supermarket terdekat dengan rumah kita atau kita bisa menggunakan mobile banking.

Revolusi industri 4.0 ini tidak selalu berdampak positif bagi masyarakat yang pekerjaannya minim beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Contohnya tukang ojek konvensional merasa dirugikan karena  penumpangnya banyak beralih pada ojek online. Akhirnya pendapatan tukang ojek menurun drastis per hari.

Memanfaatkan jasa online ini tidak ada lagi proses tawar menawar yang biasa kita temui di pasar. Untuk berebut minat konsumen, munculnya proses persaingan tidak sehat di mana situs belanja online memberikan diskon besar-besaran.

Dampak negatif dari ‘dunia dalam genggaman’  ini juga terpengaruh di kalangan remaja, mulai dari munculnya sikap individualis, egois, dan anti sosial. Masalahnya  interaksi sosial mereka  berkurang dan kontrol sosial yang lemah. Apalagi bila kurangnya pendidikan yang baik dari orang tua dalam penggunaan smartphone secara bijak dan benar.

Banyak masyarakat yang bersikap anti sosial karena mereka merasa tidak membutuhkan bantuan orang lain, penyaluran nilai sosial kemasyarakatan yang biasanya ada pada interaksi sosial individu dengan kelompok masyarakatnya melalui proses kontrol sosial akan berkurang atau bahkan hilang.

Budaya saling tegur tetangga juga sudah mulai berkurang. Contohnya masyarakat berdomisili di perumahan yang rumah saling berhadapan pun kadang tidak saling mengenal, anak-anak dan remaja hanya mengenal teman satu sekolah, mereka tidak mengenal orang-orang yang ada di lingkungannya. Proses sosial tersebut kebanyakan terjadi pada kota-kota besar.

Dampak dari hilangnya sikap sosial di masyarakat akan meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun dengan adanya teknologi media sosial (medsos) saat ini. Banyak dari mereka lebih memilih menggunakan medsos untuk berkomunikasi daripada bertatap muka secara langsung. Pada dasarnya medsos telepon diciptakanhanya untuk berhubungan jarak jauh tetapi sekarang sudah banyak masyarakat menggunakannya meskipun tidak sedang berada dalam jarak jauh.

Sebagai contoh peningkatan kecepatan teknologi komunikasi secara signifikan adalah pada tahun 1996 teknologi telepon hanya memiliki kecepatan -0.01 Mbits, dan pada tahun 2010 kecepatan komunikasi meningkat jadi <100 Mbits. Pada tahun 2019 kecepatan teknologi komunikasi semakin meningkat dikarenakan banyaknya masyarakat yang lebih menggunakan teknologi daripada bertatap muka, untuk saat ini kecepatan jaringan pada teknologi komunikasi adalah 75,9 Mbps. Kini Indoneisa juga akan mencoba teknologi baru yakni jaringan 5G yang memiliki internet tembut 1,2 Gbps.

Akhir-akhir ini banyak bermunculan robot otomatis yang menggantikan pekerjaan manusia contohnya mesin kartu tol. Dulu mesin kartu tol dikendalikan oleh tenaga kerja manusia namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, tenaga kerja manusia itu tidak dibutuhkan lagi digantikan oleh robot canggih untuk mengandalikan mesin kartu tol atau  E-tol.

Dalam perkembangan era revolusi industri 4.0 menghadirkan banyak perubahan yang tidak bisa dibendung. Di antaranya banyak pemuda yang menganggur akibat digantikan dengan tenaga robotik.

Menurut schwab 2017, ada lima klaster dampak dari industri 4.0 yaitu Ekonomi meliputi Pertumbuhan, Pekerjaan, Sifat Kerja, Bisnis (Ekspektasi Konsumen, Produk dengan Data yang Lebih Baik, Inovasi Kolaboratif, Model Operasi Baru, Hubungan Nasional Global (Pemerintahan; Negara, Region dan Kota; Keamanan Internasional), Masyarakat (Ketimpangan dan Kelas Menengah, Komunitas),  Individu (Identitas, Moralitas dan Etika;  Koneksi Antar-Manusia, Pengelolaan informasi publik dan privat).

Harapan saya ke depan, negara harus mengambil inisiatif mendorong semua elemen masyarakat lebih siap menghadapi pada era revolusi industri 4.0. Misalkan  memberikan pemahaman yang lebih utuh kepada masyarakat agar mereka tidak menyalahgunakan teknologi. Sebaliknya masyarakat harus bisa memanfaatkan teknologi yang semakin canggih ini untuk kesejahteraan hidupnya.

Sedangkan masyarakat harus bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi agar mereka tak menjadi korban di era digitalisasi ini. Misalnya sopir taksi konvensional dan ojek kovensional ikut bergabung menggunakan aplikasi jasa transportasi online supaya mereka juga bisa bersaing. Tentunya ini akan bisa menghindari adanya dikotomi taksi atau ojek konvensional dan  online. (*)

*) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)