OPINI POLITIK

Babak akhir Jokowi vs Prabowo

0

Oleh : Wiebi Winarto
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial & Politik
Universitas Muhammadiyah Malang

Indonesia baru saja menggelar sebuah perhelatan demokrasi pemilihan presiden dan pemilihan legislatif. Ini adalah untuk pertama kalinya pilpres dan pileg dilakukan secara bersamaan, namun perhatian masyarakat lebih condong mengarah ke pemilihan presiden.

Pemilihan presiden di sebuah negara demokrasi seperti Indonesia adalah waktu yang dilakukan untuk memilih pemimpin baru guna memimpin negara dalam jangka waktu lima tahun.

Tentu hal ini adalah sebuah agenda konstitusional yang penting bagi Indonesia, karenanya seluruh rangkaian pilpres yang dimulai dari pendaftaran calon presiden – calon wakil presiden hingga dilantiknya capre – cawapres terpilih selalu menjadi sorotan setiap masyarakat Indonesia.

Bahkan tidak hanya sekedar itu tetapi juga rangkaian panjang pemilihan capres – cawapres juga menghabiskan energI setiap rakyat guna memastikan ‘jagoan’ mereka berhasil memenangkan kontestasi, namun hal ini adalah wajar karena di Negara demokrasi keterlibatan rakyat adalah keniscayaan.

Pemilihan presiden – wakil presiden di Indonesia yang diikuti oleh dua pasang kontestan antara Joko Widodo – KH. Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno memang telah selesai dilakukan pada 17 April 2019 yang lalu.

Dan saat ini telah memasuki babak akhir dari pertarungan Jokowi vs Prabowo yaitu berada pada tahap penghitungan suara yang dilakukan oleh KPU.

Namun yang menarik untuk dibahas pada babak akhir pertarungan ini adalah dinamika yang terjadi di antara kedua pasangan ini.

Manuver – manuver politik hingga kekhawatiran akan kekalahan terjadi pada pasangan capres – cawapres, hingga segala cara dilakukan oleh kedua kubu bersama dengan tim sukses masing – masing. Harapan agar capres – cawapres yang mereka usung berhasil menduduki singgasana Istana Kepresidenan.

Petahanan Jokowi-KH Ma’ruf

Pertama yang saya bahas adalah bagaimana dinamika kubu calon presiden petahana Joko Widodo hingga babak akhir pemilihan presiden ini. Kubu pasangan nomor urut 01 ini terlihat begitu santai dalam menghadapi pilpres kali ini dari awal masa kampanye hingga masa penghitungan suara sekarang.

Hal ini adalah wajar karena sebagai seorang petahana Joko Widodo berhasil mempertahankan elektabilitasnya di kisaran angka lebih dari 50%, yang menjadi salah satu modal awal ia kembali maju di pilpres 2019.

Selain itu ketika ia memilih seorang kiai yaitu KH. Ma’ruf Amin untuk menjadi cawapres, hal ini tidak menambah secara signifikan elektabilitas seorang Joko Widodo namun juga tidak mengurangi elektabilitas.

Fakta ini dibuktikan dengan hasil survei dari beberapa lembaga yang merilis bahwa angka elektabilitas kedua pasangan calon masih dimenangkan oleh pasangan nomor urut 01 ini hingga masa – masa menjelang pencoblosan.

Faktor dukungan partai juga menjadi alasan kubu 01 ini lebih tenang. Ada 6 partai pengusung dan 4 partai pendukung yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja yang diketua oleh Erick Thohir.

Dari banyaknya partai yang ada di koalisi ini massa dukungan untuk pasangan calon 01 dipastikan lebih banyak. Gaya kampanye yang dilakukan pasangan calon 01 ini cenderung lebih bersifat mempertahankan apa yang sudah ada yaitu elektabilitas yang tinggi.

Elektabilitas memiliki arti ketertarikan seseorang dalam memilih (Sugiono, 2008). Karena itulah gaya kampanye kubu 01 lebih tenang, upaya untuk menyerang tetap dilakukan namun juga dengan tetap memperhatikan risiko yang akan terjadi pada mereka.

Di samping mempertahankan, gaya kampanye 01 terus melakukan komunikasi politik dengan memperbaiki citra politik. Citra adalah segala hal yang berkaitan dengan situasi keseharian seseorang; menyangkut pengetahuan, perasaan dan kecenderungannya terhadap sesuatu (Nimmo, 1978).

Calon Petahana berkampanye dengan segala gagasan – gagasan barunya mengenai Indonesia seperti mengeluarkan 3 kartu sakti yaitu KIP Kuliah, Kartu sembako murah dan Kartu Pra-Kerja, Jokowi juga berjanji akan menambah infrastruktur teknologi dengan membangun palaparing di seluruh wilayah Indonesia.

Jokowi juga berjanji di masa kepemimpinannya nanti program prioritasnya bersama KH. Ma’ruf Amin adalah membangun SDM Indonesia agara mampu bersaing dengan negara lain.

Selain dengan program baru itu, Jokowi juga memaparkan kemajuan dan keberhasilan yang telah dicapai Indonesia di masa pemerintahannya, dengan gayanya yang khas ia turun ke rakyat untuk blusukan melihat kondisi rakyat juga tentunya menarik simpati dan dukungan rakyat.

Dan ia juga berjanji akan melanjutkan segala program – program yang kini sedang berjalan apabila ia kembali terpilih. Dalam beberapa lembaga survey yang merilis hasil hitung cepat pasangan nomor urut 01 berhasil mendapatkan angka 55,5%.

Setelah mengetahui hasil tersebut, Jokowi menggelar konferensi pers dan berpesan agar tetap mengawal suara di KPU dan menunggu hingga perhitungan suara secara resmi selesai dilakukan.

Dinamika Prabowo-Sandi

Kedua, saya akan membahas dinamika di kubu 02. Kubu dari pasangan calon presiden Prabowo – Sandi. Prabowo adalah figur yang telah tiga kali menjadi kandidat pada pilpres sebelumnya. Di tahun ini adalah tahun ke tiga baginya menjadi seorang kandidat capres yang sama persis seperti pada 2014 lalu, dimana Prabowo dihadapkan pada seorang Joko Widodo.

Sebagai kandidat yang telah memiliki pengalaman panjang dalam mengikuti pemilihan presiden, Prabowo dinilai jauh lebih siap kali ini, terbukti dengan hasil survei yang menunjukkan elektabilitas Prabowo terus mengalami kenaikan hingga masa menjelang pencoblosan.
Prabowo kali ini maju didampingi oleh seorang pengusaha muda yaitu Sandiaga Uno, mereka berdua diusung oleh 4 Partai dan 2 partai pendukung. Tim sukses yang diberi nama Badan Pemenangan Nasional diketuai oleh Jenderal (purn) Djoko Santoso. Dengan gagasan baru dan komitmennya yang tinggi terhadap Indonesia, Prabowo memiliki tekad untuk membawa Indonesia pada sebuah masa kejayaan.

Dengan slogan kampanyenya yaitu Indonesia Adil Makmur, Prabowo berjanji akan melindungi kekayaan Indonesia agar tidak bocor ke luar negeri.
Ia juga akan menaikkan angka Aparatur Sipil Negara dalam rangka mengurangi tindak pidana korupsi dan memanfaatkan teknologi yang serba canggih.

Prabowo juga berjanji akan memperbaiki taraf hidup rakyat hanya dengan menggunakan Kartu Tanda Penduduk untuk mempermudah urusan administrasi rakyat.

Prabowo yang kini tampil jauh lebih siap dari pilpres sebelumnya menjadi rival berat bagi seorang petahana.

Kemampuan orasi Prabowo berhasil mengumpulkan massa hingga memadati setiap area kampanye, membuat mantan Komandan Jenderal Pasukan Khusus ini begitu optimis bahwa ia akan mampu memenangkan kontestasi.

Setelah selesainya pencoblosan, pasangan nomor urut 02 ini melakukan deklarasi kemenangan hingga sujud syukur dan menyatakan pada publik bahwa berdasar survei internal BPN berhasil memperoleh 62% suara.

senada dengan Jokowi, Prabowo juga meminta para pendukungnya untuk tetap tertib dan menunggu keputusan resmi dari KPU.

Proses kampanye sudah terlewati, proses pencoblosan pun sudah berhasil diselenggaran dengan lancar. Pemilihan presiden Indonesia kemarin membuktikan bahwa Indonesia telah berjalan menuju kepada arah pendewasaan demokrasi, terbukti dengan berjalannya pesta demokrasi kemarin dengan aman dan damai.

Sebagai rakyat juga patut berbangga karena elite – elite politik kita telah memiliki sikap yang arif dan bijak serta memiliki komitmen yang tinggi terhadap demokrasi.

Menurut buku How Democracies Dies beberapa ciri – ciri politisi yang berkomitmen tinggi terhadap hidupnya demokrasi, di antaranya (Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt, 2018): Komitmen terhadap aturan main yang demokratis; Delegitimasi kubu oposisi yang bersebrangan; Tekad bertoleransi; Memberi dukungan pada kebebasan sipil dan media.

Penulis berpendapat bahwa di antara kedua pasangan calon dan Tim suksesnya, telah sama – sama bersikap sebagai seorang negarawan dengan saling menghormati dan mematuhi konstitusi yang ada.

Tingkat partisipasi pemilih yang tinggi hingga mencapai 80% juga menjadi salah satu keberhasilan Indonesia dan KPU sebagai penyelenggara pemilihan umum. Walaupun memang masih ada catatan – catatan dengan meninggalnya 440 panitia KPPS dan panitia sakit sebanyak 3.788 orang.

Kejadian ini sebuah musibah, namun KPU juga perlu melakukan evaluasi terhadap jatuhnya para pejuang demokrasi tersebut.

Pemilihan presiden sejatinya adalah sebuah alat dalam sebuah sistem demokrasi untuk melakukan pergantian sirkulasi kepemimpinan.

Pendewasaan Berdemokrasi

Apa yang terjadi di Indonesia saat ini sudah menuju pada pendewasaan berdemokrasi namun apabila dalam jalannya pemilu ini masih didapati politisi – politisi yang tidak berkomitmen pada demokrasi itu sendiri.

Perilaku politisi ini adalah merupakan sebuah ancaman bagi kita sebagai sebuah bangsa. Karenanya kita sebagai rakyat tidaklah saja tinggal diam dalam konteks pemilihan presiden ini, kita juga wajib turut menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin kita. Karena pemimpin adalah salah satu penentu maju -mundurnya sebuah bangsa.

Kini pesta pemilihan presiden sudah kita laksanakan, sebagai warga negara yang baik marilah kita sama – sama menjaga perdamaian dan persatuan dengan tetap terus mengawal suara – suara kita di KPU.
Kita jaga komitmen berdemokrasi kita dengan menunggu hasi resmi penghitungan KPU, siapapun yang terpilih nantinya tugas kita adalah mengawal sebaik – baiknya jalannya pemerintahan . (*)